Senin, 10 November 2014

Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada E-Bisnis suatu Perusahaan


PENDAHULUAN

E-business merujuk pada seluruh penggunaan tingkat lanjut dalam teknologi informasi (TI), khususnya manajemen informatika, untuk meningkatkan cara organisai melakukan seluruh proses bisnisnya E-business merupakan interaksi eksternal organisasi dengan para pemasok, pelanggan, investor, kreditor, pemerintah dan media massa, termasuk penggunaan teknologi informasi untuk mendesain kembali proses internalnya. Pada era saat ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangatlah pesat. Perkembangan tersebut di ikuti dengan penerapannya yang semakin intensif untuk kegiatan industri, bisnis maupun keperluan lainnya. Sehingga masyarakat pun dapat mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ada. Begitu pun perusahaan-perusahaan, supaya tetap relevan perusahaan harus dapat mengikuti bahkan mendahului perkembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.



Dalam persaingan dunia bisnis yang semakin tinggi, maka diperlukan sebuah sistem kerja yang cepat, efektif dan efisien. Apalagi pada saat ini komunikasi bisnis mulai beralih dari komunikasi langsung hingga komunikasi dengan bantuan internet. Dengan bertambahnya jalur penjualan produk, konsumen tidak hanya berbrlanja di dunia nyata melalui department stores atau mall. Kini penggunaan teknologi memungkinkan bisa melakukan aktifitas pembelian melalui internet dengan tidak harus beranjak dari rumah atau pun kamar tidur, namun cukup membuka computer dengan mengetik alamat situs yang dikehendaki, kemudian aktifitas transaksi dapat dilakukan.Persaingan dalam pelayanan dan tuntutan kebutuhan informasi serta pengetahuan masyarakat saat ini mendorong pemasar untuk memberikan nilai pada pelayanan berupa kemudahan untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Konsep online shopping menyediakan banyak kemudahan dan kelebihan jika dibandingkan dengan konsep belanja yang konvensional. Selain proses transaksi bisa menjadi lebih cepat, di internet telah disediakan hampir semua barang yang biasanya dijual secara lengkap. Maka dari itu diharapkan sebuah solusi alternatif yang memungkinkan melakukan transaksi ataupun mengakses informasi tanpa bergantung pada sumber informasi dan lokasi akses sehingga memberikan layanan yang lebih fleksibel bagi konsumen. Sebuah penerapan teknologi yang melengkapi model yang telah ada dan diharapkan memberikan kemudahan yang mendorong terjadinya sebuah transaksi pada bisnis online.
Metode yang digunakan

TAHAP PERENCANAAN

Pada tahap perencanaan ini diawali dengan pembuatan dan penyampaian proposal Teknologi Informasi yang memuat hal-hal pokok yang menjadi prioritas-prioritas e-bisnis. Diikuti dengan tahapan pemaparan kasus e-bisnis untuk perkembangan bissnis atau Investasi Teknologi Informasi (TI). Tahap akhirnya adalah penyampaian rencana aplikasi e-bisnis dalam bentuk pengembangannya dan penyebarannya.
TAHAP ANALISIS

Dalam tahap analisis ini, pengembang sistem harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek penting yang sangat berpengaruh didalam membangun Sistem informasi e-bisnis ini seperti :
Kelayakan teknis
2. Pengembailan ekonomis
3. Pengembalian non ekonomis
4. Hukum dan etika
5. Operasional
6. JadwalTAHAP PERANCANGAN

Dalam merancangan sebuah Sistem Informasi e-Business harus memperhatikan kebutuhan perusahaan e-business , Kebutuhan operator, Kebutuhan pemakai dan Kebutuhan teknis .
TAHAP PENERAPAN

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan rancangan yang telah disusun sebelumnya agar dapat diwujudnyatakan Implementasi untuk prosedur di dalam teknologi komputer akan menggunakan bahasa komputer

Sementara itu, untuk proses yang terdapat di luar sistem komputer, disusunlah sebuah konvensi atau perjanjian atau tata tertib, agar setiap orang yang terlibat dapat mengikuti alur yang telah ditetapkan

Untuk merealisasikan sistem pada tahap pemaparan ini, ditempuh beberapa metode, antara lain, penggunaan paket aplikasi, pengembangan oleh staf sendiri (insourcing), dan pengembangnan yang dilakukan dengan kerjasama dari pihak luar seperti konsultan atau software house (outsourcing)
TAHAP EVALUASI

Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem yang telah selesai disusun. Proses uji coba diperlukan untuk memastikan bahwa sistem tersebut sudah benar. Karakteristik yang ditetapkan, dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung didalamnya.

Disamping memperhatikan metode yang akan digunakan dalam membangun sebuah sistem Informasi e-Bisnis, kita juga harus memperhatikan tahapan-tahapan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dari Sistem Informasi e-Bisnis yang dibangun nantinya, seperti tahapan mendayagunakan komputer personal, jaringan komputer dan internet seoptimal mungkin, membangun halaman web untuk jalinan komunikasi antara Perusahaan dengan konsumen secara efektif dan fleksibel, membangun Sistem Informasi e-Bisnis yang efektif serta Mengembangkan Sistem Informasi yang bersifat inter platform.
Hasil dan Pembahasan

E-business adalah mengenai penggunaan teknologi internet untuk melakukan transformasi proses bisnis yang dilakukan. Bentuk e-business yang paling mudah terlihat adalah pembelian barang secara online baik retail maupun grosir. (Samantha Shurety.1999. E-businesswith Net.Commerce. Prentice Hall)

Definisi e-business menurut IBM adalah sebuah pendekatan yang aman, fleksibel, dan terintegrasi untuk memberikan nilai bisnis yang berbeda dengan mengkombinasikan system dan proses yang menjalankan operasi bisnis utama dengan pemanfaatan teknologi internet.

Menghubungkan sistem teknologi informasi tradisional dengan internet akan menjadi sebuah e-business. (Daniel Amor. 2000. The E-business Revolution. Prentice Hall)

E-business adalah mengelola bisnis di internet yang terkait dengan pembelian, penjualan, pelayanan terhadap konsumen, dan kolaborasi antar rekan bisnis. Istilah e-business pertama kali digunakan salah satunya oleh IBM pada tahun 1997. (SearchCIO.com)

Perusahaan di internet; Penggunaan internet untuk pengelolaan bisnis misalnya untuk menghubungkan dengan konsumen, supplier, pekerja, dan rekan bisnis.; Perusahaan yang menggunakan teknologi internet. (MSN Encarta)

Definisi e-business secara sederhana adalah penggunaan internet untuk berhubungan dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier. Penggunaan internet menyebabkan proses bisnis menjadi lebih efisien. Dalam penggunaan e-business, perusahaan perlu untuk membuka data pada sistem informasi mereka agar perusahaan dapat berbagi informasi dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier dan dapat bertransaksi secara elektronik dengan mereka memanfaatkan internet.Beda e-business dengan e-commerce adalah ecommercehanya berupa transaksi secara elektronik di internet sedangkan e-business termasuk juga pertukaran informasi secara online misalnya sebuah perusahaan manufaktur membagi informasi persediaan bahan baku ke supplier, sebuah lembaga keuangan membagi informasi tentang perbankan, credit card, dll dengan konsumen mereka, dan sebagainya.

E-bisnis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bisnis yang dijalankan pada internet, atau penggunaaan teknologi internet untuk meningkatkan produktivitas dan keutungan dari suatu bisnis.

Berdasarkan beberapa definisi e-bisnis yang dikemukakan di atas, kita dapat menggabungkannya ke dalam suatu definisi e-business yang utuh dengan melihat kesamaan dari setiap definisi tersebut dan menggabungkannya. Kesamaan tersebut dapat kita lihat dari beberapa sudut pandang, yaitu pelaku e-business, alat atau media atau sumber daya yang digunakan, objek atau kegiatan yang menjadi sasaran, tujuannya, dan keuntungan yang diberikan. Hasilnya sebagai berikut:

* Pelaku E-Business
‐ Organisasi, konsumen, perusahaan, supllier, pekerja, rekan bisnis

*Alat/Media/Sumber Daya yang Digunakan
‐ Teknologi informasi dan komunikasi
‐ Komputer, data yang telah terkomputerisasi
‐ Internet

* Kegiatan Sasaran
‐ Kegiatan bisnis
‐ Proses bisnis utama
‐ Pembelian, penjualan,pelayanan, transaksi
‐ Operasi bisnis utama

* Tujuan
‐ Koordinasi, Komunikasi, dan Pengelolaan organisasi
‐ Transformasi proses bisnis
‐ Sharing informasi

*Keuntungan
– Pendekatan yang aman, fleksibel, dan terintegrasi
– Memberikan nilai bisnis yang berbeda
– Efisien
– Peningkatan produktivitas dan keutungan
Kesimpulan

Perubahan dan perkembangan yang sangat cepat dari Teknologi Informasi, mempengaruhi perubahan dan perkembangan ekonomi, termasuk didalamnya perubahan proses bisnis.

Proses bisnis akhirnya bergeser kearah e-bisnis, dimana jarak, waktu dan tenaga tidak lagi menjadi penghalang sebuah proses e-bisnis.

Membangun sebuah Sistem Informasi e-bisnis harus memperhatikan banyak faktor, agar kegagalan sebuah Sistem Informasi, tidak menjadikan kegagalan proses e-Bisnis itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
santiw.staff.gunadarma.ac.id/…/Pengantar+Electronic+Commerce.doc
http://elearning.amikom.ac.
http://renaisca.wordpress.com/makalah-pti-2/makalah-pti/bab-ii-pembahasan/e-commerce-dan-e-business/
http://darmansyah.weblog.esaunggul.ac.id/category/sistem-informasi-akuntansi/e-business/?repeat=w3t

Jumat, 10 Oktober 2014

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI


SOAL

  1. Jelaskan definisi Sistem Informasi Akuntansi atau SIA menurut anda ! 
  2. Jelaskan peranan SIA dalam rantai nilai atau value chain !
  3. Sebutkan dan jelaskan pihak Internal dan pihak eksternal pengguna utama Sistem Informasi Akuntansi !
  4. Jelaskan fungsi SIA dalam satu organisasi !
  5. Sebutkan dan jelaskan aplikasi - aplikasi teknologi informasi pada suatu organisasi (minimal 5) !
JAWABAN


      1. informasi Akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermafaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoperasikan bisnis.

      2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan Value Chain dalam Bisnis. Romney mengemukakan konsep rantai nilai - value Chain antara Sistem Informasi Akuntansi (SIA) perusahaan yang memberikan peranan langsung pada pelanggannya yaitu : 
  • Inbound Logistics terdiri dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi bahan-bahan masukan yang digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan produk dan jasa yang dijualnya.
  • Operasi (Operations) adalah aktivitas-aktivitas yang mengubah masukan menjadi jasa dan produk yang sudah jadi, sebagai contoh, aktivitas perakitan di dalam sebuah perusahaan otomotif mengubah bahan mentah menjadi mobil yang lengkap.
  • Outbond Logistics adalah aktivitas-aktivitas yang melibatkan distribusi produk yang sudah jadi ke para pelanggan. Sebagai contoh, mengirimkan mobil yang sudah jadi melalui jasa pelayaran ke para dealer mobil, adalah aktivitas outbond logistics.
  • Pemasaran dan Penjualan, mengarah pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan membantu para pelanggan untuk membeli jasa atau produk yang dihasilkan organisasi. Pemasangan iklan adalah sebuah contoh kegiatan pemasaran dan penjualan.
  • Pelayanan (Service), memberikan dukungan pelayanan purna jual kepada para pelanggan. Misalnya pelayanan perbaikan dan perawatan.
3. Pihak Internal dan Pihak Eskternal pengguna utama Sistem Informasi Akuntansi yaitu :
a.     Pihak Internal
Pihak internal adalah pihak yang berada dalam struktur organisasi. Manajemen adalah pihak yang paling membutuhkan laporan akuntansi yang tepat dan akurat untuk mengambil keputusan yang baik dan benar. Contohnya seperti manajer yang melihat posisi keuangan perusahaan untuk memutuskan apakah akan membeli gedung untuk kantor cabang baru atau tidak.
b.     Pihak Eksternal
·        Investor
Investor membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk menentukan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Jika dalam prediksi investor akan memberikan keuntungan yang baik, maka investor akan menyetorkan modal ke perusahaan, dan begitu juga sebaliknya.

·        Pemegang saham / pemilik perusahaan
Para pemilik perusahaan yang mempunyai bagian saham perusahaan membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk dapat mengetahui sejauh mana kemajuan atau kemunduran yang dialami perusahaan. Pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang akan semakin besar jika perusahaan untung besar.
·         
      Pemerintah
Besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan atau organisasi kepada pemerintah sebagaian besar berdasarkan atas informasi pada laporan keuangan perusaha
·          
      Kreditur
Jika perusahaan sedang terdesak dan membutuhkan dana segar perusahaan mungkin akan meminjam uang pada kreditor seperti meminjam uang di bank, berhutang barang pada supplyer / pemasok. Kreditur akan memberikan dana jika perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik dan tidak akan memiliki potensi yang besar untuk merugi.
·        
           Pihak lainnya
Sebenarnya masih banyak pihak lain dari luar perusahaan perusahaan yang mungkin saja akan menggunakan laporan / informasi akuntansi suatu organisasi seperti para karyawan, serikat pekerja, auditor akuntan publik, polisi, pelajar / mahasiswa, wartawan, dan banyak lagi lainnya.

      4. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi dalam suatu organisasi antara lain :
    • Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi.
    • Memproses data menjadi into informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan 
    • Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi. 
    • Mengumpulkan, mengklasifikasikan, memproses, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi keuangan 
    • Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga dapat melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien. 
    • Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang dihasilkan 
    • Meningkatkan efisiensi 
    • Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan 
    • Meningkatkan sharing knowledge 
    • Menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan
      5. Aplikasi-aplikasi teknoogi informasi pada suatu organisasi antara lain :
      1)      Transaction Processing Systems (TPS)
                     TPS adalah sistem informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS berfungsi pada level organisasi yang memungkinkan organisasi bisa berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Data yang dihasilkan oleh TPS dapat dilihat atau digunakanoleh manajer. Sistem ini bekerja pada level operasional. Input pada level ini adalah transaksi dan kejadian. Proses dalam sistem ini meliputi pengurutan data, melihat data, memperbaharui data. Sedangkan outputnya adalah laporan yang detail, daftar lengkap dan ringkasan.
                      Sistem ini tanpa batas yang memungkinkan organisasi berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Karena manajer melihat data-data yang dihasilkan oleh TPS untuk memperbaharui informasi setiap menit mengenai apa yang terjadi di perusahaan mereka. Dimana hal ini sangat penting bagi operasi bisnis dari hari ke hari agar sistem-sistem ini dapat berfungsi dengan lancar dan tanpa interupsi sama sekali. Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). Transaction processing systems mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun eksternal.

      2)     Office Automation Systems (OAS)
      Office automation system (OAS) terkadang disebut juga dengan Virtual Office (VO), konsep OAS menggabungkan penggunaan berbagai peralatan IT (Information Technology mencakup hardware dan software) dalam berkomunikasi baik dengan satu orang/unit maupun banyak orang/unit untuk mengurangi penggunaan kertas (paperless) dengan tujuan terjadinya peningkatan kecepatan, ketepatan, keamanan kerja di kantor dan meningkatkan produktivitas kerja. Secara sederhana konsep OAS menyambungkan beberapa peralatan IT via sebuah server. Server sebagai pusat pengendali untuk setiap workstation dan peralatan lainnya. Para pemakai (user) dapat saling berhubungan dengan pemakainya lainnya melalui server tadi. Semua informasi dan dokumen disimpan didalam server dan untuk memudahkan digunakan berbagai software yang dapat mengatur masing-masing pengguna workstation. Melalui penggunaan jaringan LAN (Local Area Network) dan Intranet serta Internet seorang user/pemakai akan dapat berkomunikasi dengan pemakai lainnya tanpa ditentukan/dibatasi oleh jarak dan waktu
      Contoh :
            • Desktop Publishing
            • Electronic Calender
            • Email
            • Electronic Spreadsheet

      3)    Knowledge Work System
      Knowledge work systems (KWS) adalah sistem informasi yang membuat dan mengintegrasikan pengetahuan baru ke organisasi. Knowledge Work System mendukung para pekerja professional seperti ilmuwan, insinyur, dan doktor dengan membantu mereka menciptakan pengetahuan baru dan memungkinkan mereka mengkontribusikannya ke organisasi atau masyarakat.

      4)     Informatic Management System
      SIM tidak menggantikan TPS , tetapi mendukung spektrum tugas-tugas organisasional yang lebih luas dari TPS, termasuk analisis keputusan dan pembuat keputusan. SIM menghasilkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan, dan juga dapat membatu menyatukan beberapa fungsi informasi bisnis yang sudah terkomputerisasi (basis data).

      5)     Decision Support Systems (DSS)
      DSS hampir sama dengan SIM karena menggunakan basis data sebagai sumber data. DSS bermula dari SIM karena menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan.

      6)     Sistem Ahli (ES) dan Kecerdasan Buatan (AI)
      AI dimaksudkan untuk mengembangkan mesin-mesin yang berfungsi secara cerdas. Dua cara untuk melakukan riset AI adalah memahami bahasa alamiahnya dan menganalisis kemampuannya untuk berfikir melalui problem sampai kesimpulan logiknya. Sistem ahli menggunakan pendekatan-pendekatan pemikiran AI untuk menyelesaikan masalah serta memberikannya lewat pengguna bisnis. Sistem ahli (juga disebut knowledge-based systems) secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuanseorang ahli untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi. Berbeda dengan DSS, DSS meningalkan keputusan terakhir bagi pembuat keputusan sedangkan sistem ahli menyeleksi solusi terbaik terhadap suatu masalah khusus. Komponen dasar sistem ahli adalah knowledge-base yaikni suatu mesin interferensi yang menghubungkan pengguna dengan sistem melalui pengolahan pertanyaan lewat bahasa terstruktur dan anatarmuka pengguna.

      7)     Group Decision Support Systems (GDSS) dan Computer-Support Collaborative Work Systems (CSCW)
      Bila kelompok, perlu bekerja bersama-sama untuk membuat keputusan semi-terstruktur dan tak terstruktur, maka group Decision support systems membuat suatu solusi. GDSS dimaksudkan untuk membawa kelompok bersama-sama menyelesaikan masalah dengan memberi bantuan dalam bentuk pendapat, kuesioner, konsultasi dan skenario. Kadang-kadang GDSS disebut dengan CSCW yang mencakup pendukung perangkat lunak yang disebut dengan “groupware” untuk kolaborasi tim melalui komputer yang terhubung dengan jaringan.

      8)    Executive Support Systems (ESS)
      ESS tergantung pada informasi yang dihasilkan TPS dan SIM dan ESS membantu eksekutif mengatur interaksinya dengan lingkungan eksternal dengan menyediakan grafik-grafik dan pendukung komunikasi di tempat-tempat yang bisa diakses seperti kantor.


      Minggu, 08 Juni 2014

      makalah Politik

      BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik adalah aspek dari semua per buatan yang berkenaan dengan usaha kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Po litik juga melekat dalam lingkungan hidup manusia, baik sadar atau tidak politik hadir dimana-mana, politik mempengaruhi kehidupan i ndividu maupun kelompok manusia. Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku dalam politik. Sosialisasi politik merupakan proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik ini dimulai sejak ma sa kanak-kanak. Sebelum seseorang anak masuk sekolah keluarga dalam hal ini orang tua berperan sebagai agen utama dalam melakukan sosialisasi politik . Sosialisasi politik dikalangan anak- anak merupakan upaya untuk membentuk beberapa sikap politik yang penting. Apabila usia anak meningkat ke umur rema ja maka sosilalisasi nilai-nilai politik tersebut ditujukan agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang politik yang berkenaan dengan baik dan buruknya politik it u sehingga mendorong mereka berpartisipasi maksimal da lam politik dan hal tersebut harus dipertahankan akan tetapi dengan cara-cara lain, sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut. Pertama-tama seorang remaja akan terpaling pada lingkungan yang terdekat dengannya, yakni orang tua, apabila idealismenya tidak terpenuhi Universitas Sumatera Utara oleh lingkungan terdekatnya maka ia akan berpaling kelingkungan lain. Oleh karena itu maka lingkungan terdekat itu seperti keluarga senantiasa harus siap untuk membantu remaja, karena remaja lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja. Keluarga sebagai lembaga yang melakukan sosialisasi pertama yang dialami seseorang anak sebelum menjadi remaja juga berperan sebagai kelompok untuk melaksanakan kegiatan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi. pendidikan, agama, rekreasi, dan politik. Keluarga dalam melakukan proses atau kegiatan-kegaitan kendatinya tidak mengalami hambatan yang berarti karena setiap manusia memiliki kecendrungan dalam menanggapi objek-objek disekelilingnya atau pengadopsian pola dan perubahan tanggapan dalam diri mereka dalam menghadapi pengalaman baru itulah yang disebut sebagai proses belajar. Keadaan tersebut juga terjadi dalam belajar politik dimana keluarga meninjau bagaimana proses belajar atau sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga. Sosialisasi yang dilakukan keluarga ini akan membantu proses belajar remaja untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok, atau mengajari bagaimana mereka mendapatkan kekuasaan ditengah-tengah masyarakat. Proses belajar atau sosialisasi tersebut terjadi melalui interaksi yang terjadi antara anggota keluarga yakni orang tua ya ng memberikan contoh atau nilai-nilai dan anak sebagai orang yang menerima nilai-nilai tersebut. Hubungan yang terjadi di dalam keluarga biasanya dilakukan melalui suatu kontak sosial dan komunikasi. Kedua hal ini merupakan syarat terjadinya suatu interaksi sosial. Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain, interaksi yang sesun gguhnya dapat diperoleh melalui kontak sosial dan komunikasi. Komunikasi bera rti memiliki tafsiran terhadap perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah, atau sikap dan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Terjadinya interaksi dan komunikasi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan anggapan-anggapan yang berbeda satu sama lainnya. Dengan interaksi antara anak dengan orang tua, akan membentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil dari komunikasi. Anak akan mempunyai gambaran tertentu mengenai orang tuanya. Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu tersebut sebagai hasil persepsinya melalui komunikasi, maka akan terbentuk juga sikap-sikap tertentu dari masing-masing pihak. Keberhasilan sosialisasi tersebut tidak terlepas dari bagaimana interaksi yang terjadi antara anak dan orang tua, interaksi ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung yang gunanya untuk mengawasi setiap kegiatan dan memberikan arahan-arahan kepada seorang anak hingga menjadi remaja dengan terjalinnya interaksi yang baik antara orang tua dan anak maka proses sosialisasipun akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan kedekatannya biasanya dilakukan dengan senantiasa melihat kondisi yang terjadi pada anaknya dan bercerita satu sama lainnya. Interaksi yang terjadi dalam keluarga senantiasa di pengaruhi oleh kesibukan orang tua dalam bekerja sehingga tidak sedikit dari keluarga yang mengalami krisis interaksi antara anak dan orang tua yang Universitas Sumatera Utara menyebabkan hilangnya nilai-nilai dan norma-norma yang seharusnya disampaikan oleh orang tua dan anak banyak mencari dan menerima sosialisasi dari lingkungan sekitarnya baik formal maupun informal Keluarga yang juga merupakan kelompok primer (primery group) yang pertama dikenal dan pertama melakukan sosialisai serta interaksi yang dialamai oleh seseorang anak dan dari situlah perkembangan kepribadian bermula hingga seorang anak menjadi remaja dan dewasa. Ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok primer lain di luar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah ditanamkan secara kuat oleh keluarga. Semua masyarakat tergantung pada berbagai institusi yang melakukan sosialisasi terutama pada keluarga dalam sosialisasi kepada anak-anak hingga rema ja sehingga nilai-nilai dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat itu. Secara umum remaja dianggap sebagai usia transisional dari masa kanak-kanak menuju fase dewasa. Dalam fase ini seorang anak mengalami perkembangan fisik dan emosional tertentu yang menyebabkan si remaja berada pada fase anomaly, secara fisik telah menyamai orang dewasa, namun dalam tataran nilai dan psikologis masih belum menunjukan karakteristik kedewasaan. Dalam perkembangannya, sosialisasi sangat dibutuhkan dalam penyampaian nilai-nilai politik. Sosialisas i politik ini biasanya dapat bersifat langsung maupun tidak langsung diterima oleh seorang anak. Sosialisasi politik langsung ini biasanya orang tua mengajak diskusi anaknya dan menceritakan tentang politik-politik yang terjadi saat in i serta menceritakan tentang kejadian- Universitas Sumatera Utara kejadian atau pengalamannya dalam kegiatan politik sedangkan sosialisasi politik tidak langsung biasanya diterima dari seorang anak melalui media elektronik seperti televisi, radio, serta media ma ssa seperti Koran, majalah dan lain sebagainya dari penerimaan tersebut seorang anak akan melihat dan bertanya kepada orang tua tentang kejadian-kejadian politik tersebut Pemberian pengetahuan tentang politik atau penyampaian nilai-nilai politik ini dapat dilakukan dengan diskusi ataupun lainnya. Akan tetapi banyaknya pemberian pengetahuan po litik yang diberikan oleh orang tua tergantung pada itensitas dan kualitas ma teri politik ketika mereka berdikusi, sehubungan dengan hal ini, keluarga yang merupakan lembaga pertama yang melakukan sosialisasi mempunyai peranan penting dalam mensosialisasikan politik pada anaknya, seperti memberikan pemahaman tentang artian politik baik dalam pemilihan umum atau dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mereka memiliki keikutsertaan dalam berpolitik. Pembentukan karakter politik individu dilakukan oleh ke luarga karena mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, memperoleh nilai-nilai penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya, yang merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali dalam menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut menumbuhkan kesadaran dan semangat Sukarno untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya yang terjajah oleh Belanda. Universitas Sumatera Utara (http://samzlee.blogspot.com/2010/02/sosialisasi-politik-dan-agen.html, diakses 12 maret 2011, 18:01 WIB). Sosialisasi politik seperti diatas juga terjadi pada setiap orang dan daerah tanpa terkecuali begitu juga halnya sosialisasi politik juga terjadi di desa Tembung Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang, sebagai salah satu desa bagian dari Kecamatan Percut Seituan Desa ini juga memiliki berbagai aspek kehidupan yang saling mendukung satu sama lainnya seperti sosial, agama dan politik meskipun secara agama di dominasi oleh Islam namun dari segi politik di desa ini terdapat corak partai politik yang beraneka yakni Partai Demokrat, Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Persatuan Demokrasi Perjuangan. Partai-partai tersebut pada setiap pemilihan umum berupaya untuk mendapatkan dukungan-dukungan dari masyarakat sekitar yang di tujukan untuk menambah suara dalam pemilihan umum dan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat tersebut Partai-partai itu juga berupaya melakukan pendekatan- pendekatan kepada setiap keluarga di dalam masyarakat sekitar seperti memberikan baju kaos partai dan lainnya dengan harapan agar setiap keluarga tertarik kepada partai tersebut dan keluarga juga dapat mengajak serta mensosialisasikan partai politik tersebut kepada keluarganya. Seperti yang dijelaskan diatas dimana terdapat saling lingkup yang kentara antara tingkat pengetahuan politik yang dimiliki orang tua dan remaja, kenyataan bahwa lebih banyak anak yang banyak pengetahuannya berasal dari anggota keluarga yang orang tuanya juga berpengetahuan banyak, dan ini menunjukan adanya Universitas Sumatera Utara pengalihan pengetahuan politik dari orang tua kepada anak. Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian seorang anak. Pengaruh yang paling jelas adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang dan kekuasaan ketika seorang anak beranjak menjadi remaja dan berada ditengah-tengah masyarakat. Besarnya pengaruh keluarga terhadap tingkat pengetahuan politik anggota individu dalamnya inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tent ang Sosialisasi politik dalam lingkungan keluarga pada remaja di Desa Tembung Kecamtan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah: 1. Bagaimanakah Sosialisasi Politik Pada Remaja di dalam Lingkungan Keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaru hi Sosialisasi Politik di dalam Lingkungan Keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Untuk mengetahui bagaimanakah sosia lisasi politik pada remaja di dalam lingkungan keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi sosialisasi politik di dalam lingkungan keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi manfaat penelitian adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir peneliti melalui karya ilmiah, sekaligus penerapan ilmu pengatahuan yang telah di peroleh 2. Untuk dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai informasi tentang sosialisasi politik dalam lingkungan keluar ga terutama sosialisasi politik pada remaja di dalam lingkungan keluarga dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi politik di dalam lingkungan keluarga di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapa t menghasilkan suatu informasi yang berisikan tentang sosia lisasi politik di dalam lingkungan keluarga dan sosialisasi politik pada remaja Universitas Sumatera Utara 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini 1.5 Definisi Konsep Dari uraian-uraian diatas dan berdasarkan tujuan dan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, kemudian ag ar penelitian tetap terfokus dan tidak menimbulkan penafsiran ganda, maka digun akan beberapa definisi konsep sebagai berikut: 1. Sosialisasi David B. Breinkerhoff dan Lynn K.White mendefinisikan bahwa sosialisasi adalah suatu proses belajar peran, status dan nilai yang diperlukan untuk keikutsertaan(partisipasi) dalam institusi sosial (Damsar,2010;151). Dari latar belakang dan pengertian diatas maka sosialisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan dan proses belajar peran,status sosial dan nilai yang dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam kehidupan bermasyarakat dan institusi sosial yang disampaikan oleh media formal maupun informal 2. Politik Aristoteles menyatakan dalam pandangan klasik bahwa politik adalah suatu asosiasi warga negara yang berfungsi memb icarakan dan menyelengarakan hal ihwal yang menyangkut kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat. (Ramlan Surbakti, 2010;2). Berdasarkan latar belakang diat as maka, politik yang dimaksudkan dalam Universitas Sumatera Utara penelitian ini yaitu seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kekuasaan dan menyangkut kebaikan masyarakat umum. 3. Sosialisasi Politik Menurut Gabriel Almond (Damsar, 2010; 153-154) sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya. Sosialisasi politik yang dimaksudkan dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas adalah proses internalisasi nilai pengenalan dan pemahaman, pedoman politik dari keluarga ke individu/anggota keluarga yang lain. 4. Remaja John W. Santrock (2007;20) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis,kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun. sedangkan PBB memberikan batasan yang lebih longgar, yakni mereka yang berada dalam rentang usia 15-24 tahun. (Hasil prosiding seminar hasil program pengembangan diri. 2007; 91). Dari pengertian dan uraian latar belakang diatas maka remaja yang menjadi fokus penelitian adalah mereka yang berada pada usia 17-24 tahun dengan alasan mereka tersebut sudah terkatrgori ikut serta dalam pemilihan umum dan tinggal bersama dengan keluarga mereka. 5. Keluarga Universitas Sumatera Utara

      makalah pengaruh perpustakaan sekolah

      BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan. Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan. B. IDENTIFIKASI MASALAH (LATAR BELAKANG) Sesuai dengan judul makalah ini “Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah”, terkait dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah dan fungsi serta sumbangan perpustakaan terhadap pelaksanaan program tersebut. Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah 2. Bagaimana cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ? C. PEMBATASAN MASALAH. Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah : a. Peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah; b. Cara-cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. D. Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana deskripsi peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah ? 2. Bagaimana deskripsi cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ? BAB II PEMBAHASAN Perpustakaan merupakan bagian intergral dari lembaga pendidikan sebagai tempat kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan buku. Sesuai dengan judul makalah ini, pembahasan meliputi tujuan perpustakaan, fungsi perpustakaan dan sumbangan perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan. A. TUJUAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah meningkatkan mutu pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya. Sedangkan tujuan lainnya adalah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan baik kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping dimaksudkan pula dapat membantu menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat murid serta memantapkan strategi belajar mengajar. Namun secara operasional tujuan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan pelaksanaan program di sekolah, diantaranya adalah : 1. Memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca. 2. Membimbing dan mengarahkan teknik memahami isi bacaan. 3. Memperluas pengetahuan para siswa. 4. Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu. 5. Membimbing para siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik. 6. Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri. 7. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar bagaimana cara menggunakan perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam menggunakan bahan-bahan referensi. 8. Menyediakan bahan-bahan pustaka yang menunjang pelaksaanan program kurikulum di sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler. B. FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Berdasarkan tujuan perpustakaan sekolah, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi perpustakaan, sebagai berikut : 1. Fungsi Edukatif. Yang dimaksud dengan fungsi edukatif adalah perpustkaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik. 2. Fungsi Informatif. Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya. 3. Fungsi Administratif Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien. 4. Fungsi Rekreatif. Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru. 5. Fungsi Penelitian Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber / obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi. C. SUMBANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH. Bila diperhatikan secara jenih, maka perpustakan sekolah sesungguhnya memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Sumbangan / peranan perpustakaan antara lain : 1. Perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan belajar. 2. Perpustakaan merupakan sumber ide-ide baru yang dapat mendorong kemauan para siswa untuk dapat berpikir secara rasional dan kritis serta memberikan petunjuk untuk mencipta. 3. Perpustakaan akan memberikan jawaban yang cukup memuaskan bagi para siswa, sebagai tuntutan rasa keingintahuan terhadap sesuatu, benar-benar telah terbangun. 4. Kumpulan bahan pustaka (koleksi) di perpustakaan memberika kesempatan membaca bagi para siswa yang mempunyai waktu dan kemampuan yang beraneka ragam. 5. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari cara mempergunakan perpustakaan yang efisien dan efektif. 6. Perpustakaan akan membantu para siswa dalam meningkatkan dalam kemampuan membaca dan memperluas perbendaharaan bahasa. 7. Perpustakaan dapat menimbulkan cinta membaca, sehingga dapat mengarahkan selera dan apresiasi siswa dalam pemilihan bacaan. 8. Perpustakaan memberikab kepuasan akan pengetahuan di luar kelas. 9. Perpustakaan merupakan pusat rekreasi yang dapat memberikan hiburan yang sehat. 10. Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa dan guru untuk mengadakan penelitian. 11. Perpustakaan merupakan batu loncatan bagi para siswa untuk melanjutkan kebiasaan hidup membaca di sekolah yang lebih tinggi. 12. Kegairahan / minat baca siswa yang telah dikembangkan melalui perpustakaan sangat berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. 13. Bila minat membaca sudah tumbuh dan berkembang pada diri siswa, maka perpustakaan juga dapat mengurangi jajan anak, yang ini biasanya dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak. 14. Bahkan perpustakaan juga bagi anak-anak dapat menjauhkan diri dari tindakan kenakalan, yang bisa menimbulkan suasana kurang sehat dalam hubungan berteman diantara mereka. BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan uraian bahasan “Peranan Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dapat disimpulkan bahwa : 1. Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah. 2. Perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah di semua jenjang pendidikan. 3. Pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya B. SARAN Bertolak dari peranan perpustakaan yang begitu banyak sumbangsihnya dalam pelaksanaan program pendidikan di sekolah, penyusun memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya perpustakaan dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsinya. 2. Peran pengelola perpustakaan / pustakawan yang profesional hendaknya mendapatkan bekal yang cukup sehingga menjadi pustakawan yang handal dan profesional. DAFTAR PUSTAKA - Buku Pendidikan Kewarganegaraan Sumber : http://freedownload-eky.blogspot.com/2011/02/contoh-makalah-pendidikan-narkoba.html

      MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL REMAJA DAN PACARAN

      BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang indah.Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa.Satu proses masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan teradi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja.Dunia remaja memang unik,sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yangmenarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diriyang lengkap.Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifinisikan pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label ”saya punya pacar dan dapat mendongkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup dan untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya. B. Rumusan Masalah Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apa pengertian remaja? 2. Apa saja ciri-ciri remaja? 3. Apa saja kebutuhan seorang remaja? 4. Pengertian pacaran? 5. Hubungan antara masa remaja dan pacaran? 6. Bagaimana tahapan pacaran? 7. Apa alasan seorang remaja berpacaran? 8. Adakah manfaat dari pacaran? 9. Pacaran itu perlu tidak?? 10. Bagaimana pacaran yang sehat dan betanggungjawab? C. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu: Ø Memberikan penjelasan kepada pembaca tentang dunia remaja saat ini Ø Memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana pacaran yang sehat D. Manfaat Ø Bisa mengetahui bagaimana tantangan bagi remaja saat ini Ø Bisa menjelaskan kepada para remaja bagaimana pacaran yang sehat E. Metodologi Penelitian Penelitian yang Kami lakukan dengan menggunakan metode wawancar langsung kepada responden. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Remaja Menurut Hurlock(1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Menurut Monks,dkk (2000), remaja adalah mereka yang berusia 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dala Santrock 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.,masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress). Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fakir menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976). 1. Ciri-Ciri Masa Remaja Ciri-ciri masa remaja adalah: Ø Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa. Ø Masa remaja sebagai periode perubahan. Ø Masa remaja sebagai usia bermasalah. Ø Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Ø Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri. Ø Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya. 2. kebutuhan remaja a. Berikut yang termasuk kedalam kebutuhan remaja : Kebutuhan akan pengendalian diri b. Kebutuhan akan kebebasan c. Kebutuhan akan rasa kekeluargaan d. Kebutuhan akan penerimaan social e. Kebutuhan akan penyesuaian diri f. Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial B. Pengertian pacaran. Dari hasil wawancara yang Kami lakukan sebagian besar responden mengatakan bahwa pacaran adalah hubungan yang khusus yang di jalin oleh dua anak manusia yang berbeda jenis. Tapi menurut sumber yang Kami baca mengatakan bahwa pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. C. Remaja dan pacaran Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi pada masa transisi remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Satu proses masa yang semua anak manusia telah, sedang dan akan teradi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yangmenarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diriyang lengkap.Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. Dan kalaupun dicari satu definisi tersendiri pacaran maka akan sulit. Sebagian ada yang mendifinisikan pacaran adalah ajang dari untuk mendapatkan kepuasan libido seksual, atau pacaran hanya sebagai label ”saya punya pacar dan dapat mendongkrak percaya diri”. Ataukah pacaran adalah suatu hal yang penting karena dengan pacaran kita punya seseorang yang bisa membantu kita dalam mengatasi persoalan hidup dan untuk definisi pacaran tentu akan ada banyak yang lainnya. Awal dari pacaran bermula ketika remaja masuk dalam tahap pubertas. Istilah pubertas berasal dari bahasa latin yang artinya rambut. Pubertas adalah munculnya rambut didaerah genetalia (2002:20).Bila dilihat dari sudut pandang biologis. Pubertas diawali dengan adanya tanda-tanda kelamin sekunder yang akan membedakan remaja putra dan remaja putri. Menurut Cole dalamWarkitri dan kawan-kawan (2002:21), tanda-tanda tersebut adalah: 1. Tumbuh rambut dibeberapa tempat. 2. Pada anak putra tumbuh jakun, sedangkan putri tumbuh buah dada. 3. Suara pada anak putra merendah, sedangkan anak putri meninggi. 4. Pada anak putra bahu, dada bidang, sedangkan putri adalah pinggul. 5. Otot pada anak putra kelihatan besar. 6. Mulai berfungsi kelenjar keringat Tradisi pacaran sendiri memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak mememiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara. D. Tahapan-tahapan berpacaran § Tahap ketertarikan. Dalam tahap ini tantangannya ialah bagaimana mendapatkan kesempatan untuk menyatakanketertarikan dan menilai orang lain. Munculnya ketertarikan kita sama doi, misalnya, karena penampilan fisik (doi cakep/cantik, tinggi), kemampuan (pintar), karakteristik atau sifat misalnyasabar, coolabis, dan lain-lain. Menurut para ahli, umumnya cowok pada pandangan pertama lebihtertarik pada penampilan fisik. Sedangkan cewek lebih karena karakteristik atau kemampuanyang dimiliki cowok. § Tahap ketidakpastianPada masa ini sedang terjadi peralihan dari rasa tertarik ke arah rasa tidak pasti. Maksudnya, kitamulai bertanya-tanya apakah doi benar-benar tertarik sama kita atau sebaliknya apakah kita benar-benar tertarik sama doi. Pada tahap ini kita mendadak ragu apakah mau melanjutkanhubungan atau tidak. Kalau kita enggak mampu memahami tahapan ini, kita akan mudah berpindah dari satu orang ke orang lainnya. § Tahap komitmen dan keterikatanPada tahap ini yang timbul adalah keinginan kita kencan dengan seseorang secara eksklusif. Kitamenginginkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang khusustanpa harus bersaing dengan orang lain. Kita juga ingin lebih rileks dan punya banyak waktuuntuk dilewatkan bersamanya. Seluruh energi digunakan untuk menciptakan saling cinta danhubungan yang harmonis. § Tahap keintiman..Dalam tahap ini mulai dirasakan keintiman yang sebenarnya, merasa lebih rileks untuk berbagilebih mendalam dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan merupakan kesempatan untuk lebihmengungkapkan diri kita. Tantangannya adalah menghadapi sisi yang kurang baik dari diri kita.Tanpa pemahaman yang baik bahwa cowok dan cewek mempunyai reaksi yang berbeda terhadapkeintiman, kita akan mudah mengambil kesimpulan yang salah bahwa terlalu banyak perbedaanantara kita dan doi untuk melanjutkan hubungan. E. Alasan Remaja Berpacaran Alasan seorang remaja berpacaran sangat berfariasi tapi sebenarnya intinya sama saja.Berdasarkan hasil wawancara Kami kepada teman-teman mahasiswa mereka berpacaran karena alasan-alasan sebagai berikut: ü Sebagai teman kencan Agar tidak sendiri dalam bepergian salah satunya dengan mengajak si do’i jalan bareng. Alasan ini juga mendukung sebab-sebab remaja mempunyai pacar. ü Untuk motivasi belajar Meskipun jarang, ada juga remaja yang menjadikan pacarnya sebagai motivasi untuk meningkatkan beajarnya. ü Membutuhkan tempat pelampiasan kasih sayang Pacaran adalah salah satu cara untuk melampiaskan rasa kasih sayang. Yang perlu diketahui bahwa, rasa cinta dan kasih sayang itu ada dua macam yaitu companionate love dan passionate love. Companionate love adalah cinta yang ditunjukkan dalam bentuk persahabatan. Sedangkan passionate love adalah cinta yang ditunjukkan dalam bentuk cinta romantic yang lebih banyak dipengaruhi oleh aspek biologis. Biasanya seorang remaja atau dewasa akan mencari pacar karena kebutuhan akan passionate love ini. companionate love bisa didapatkan dari persahabatan dengan ibu, bapak, saudara, keluarga dan teman. Sedangkan passionate love hanya didapatkan melalui pacaran. ü Ikut trend Wah, pacaran koq biar nge-trend? Ternyata ada juga remaja yang seerti ini, menjalin hubungan agar tidak ketinggalan zaman di ere remaja sekarang. ü Untuk membuktikan ada yang mau Dengan mepunyai pacar menandakan seorang remaja tersebut ada yang mencintainya. ü Saling bantu membantu Ini adalah alasan yang paling sering dikemukakan,terutama bagi remaja sekolah atau masih dalam jenjang perkuliahan.Saling bantu membantu membuat tugas sekolah/kuliah misalnya,saling curhat memecahkan masalah masing-masing,dan lain-lain. Hubungan dalam pacaran yang tidak dewasa, kadang berujung pada pemanjaan salah satu pihak. Dengan alasan ada yang membantu, seseorang misalnya, malas mengerjakan tugas sekolah atau kuliah. Dalam hal pemecahan masalah yang mereka hadapi, terkadang menghasilkan sebuah diskusi yang ngawur, tidak kunjung ada kata penyelesaian yang tepat, walaupun menghabiskan waktu yang begitu sangat panjang. Diskusinya bukan memecahkan sebuah masalah, tetapi membesar-besarkan masalah, yang terkadang sangat kecil dan bisa diselesaikan sendiri, tetapi karena tidak ada bahan pembicaraan lain, sehingga hal tak penting sama sekali pun dibicarakan. ü Status Berkencan bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam bentuk berpasangan tetap, memberikan status dalam kelompok sebaya, berkencan dalam kondisi demikian merupakan batu loncatan ke status yang lebih tinggi dalam kelompok sebaya. ü Sosialisasi Kalau anggota kelompok sebaya membagi diri dalam pasangan-pasangan kencan, maka laki-laki dan perempuan harus berkencan apabila masih ingin menjadi anggota kelompok dan mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok ü Hiburan Apabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan, remaja menginginkan agar pasanganya mempunyai berbagai keterampilan sosial yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik hati dan menyenangkan ü penjajakan sebelum menikah ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal. F. Manfaat pacaran Berdasarkan hasil wawancara kami,mereka mengatakan bahwa pacaran memiliki manfaat bagi mereka,manfaat tersebut antara lain: ü Ada teman curhat selain teman dan orang tua Terkadang seorang remaja malu untuk menceritakan hal-hal pribadi kepada orang tuanya,dan lebih nyaman menceritakannya kepada sang pacar.hal ini bisa jadi karena hubungan orangtua kepada anaknya kurang begitu dekat sehingga anak tidak nyaman menceritakan masalah pribadinya kepada orangtuanya. ü ada yang bisa ngertiin kita selain keluarga dan teman Perhatian dari keluarga di nilai kurang oleh para remaja dan mencari seorang pacar biar ada yang memberikan perhatian kepada dia secara khusus. ü bisa jadi penyemangat juga ada juga yang berpendapat bahwa dengan punya pacar maka akan jadi penyemangat bagi dia ketika menghadapi masalah. ü belajar bersosialisasi terhadap lawan jenis. Pendapat berikutnya yaitu belajar bersosialisasi terhadap lawan jenis,maksudnya dengan mempunyai pacar maka seorang remaja akan bisa bersosialisasi dengan lawan jenisnya. ü :motivasi berprestasi, Pendapat berikutnya yaitu menjadi motivasi perprestasi.para remaja berpendapat bahwa dengan punya pacar maka prestasi mereka akan membaik karena ada yang memberikan motivasi-motivasi dan motivasi tersebut di nilai remaja begitu kuat karena di berikan oleh orang yang special baginya sehingga mendorong sang remaja untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan sang pacar. ü pembelajaran untuk dapat lebih dewasa dan konsekuen pada keputusan.ketika berpacaran tentu banyak hal yang di toleransi karena perbedaan-perbedaan keduanya mulai dari gaya hidup,dan lain-lain sehingga menuntut mereka untuk saling mengerti dan menuntut mereka untuk berfikir lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut. ü pembelajaran untuk dapat memegang teguh suatu komitmen.pacaran adalah ajang untuk memegang teguh suatu komitmen yang telah mereka sepakti sebelum atau selama berpacaran. G. Pacaran itu perlu nggak sih???? Soal pertanyaan ini ada beragam pendapat yang di berikan ketika kami mewawancarai teman-teman mahasiswa ada yang merasa perlu dan juga ada yang merasa tidak perlu berpacaran.mereka merasa perlu karena: Mumpung masih muda jadi nikmatin dulu masa muda,menurut mereka masa muda adalah masa untuk bersenang-senang,masa untuk menjalin kasih sayang dengan lawan jenis biar tidak di bilang tidak laku dan berbagai macam celaan yang di berikan kepada remaja yang tidak mempunyai pacar. Sedangkan yang bilang tidak perlu karena mereka beralasan bahwa agama kita (islam) melarang yang namanya pacaran. H. Pacaran yang sehat Dari hasil wawancara Kami tentang hal ini mereka mengatakan bahwa pacaran yang sehat itu dengan cara melakkukan pendekatan dan saling mengenal pasangannya dengan cara yang positif,tidak melakukan seks bebas,dan tidak merugikan kedua belah pihak. Berdasarkan sumber yang kami kumpulkan,pacaran yang sehat itu antara lain: · Sebelum memulai hubungan pacaran, alangkah baiknya jika Kita melakukan pendekatan terlebih dahulu. Pendekatan di sini Kami maksud sebagai proses Kita untuk mengetahui bagaimana pola tingkah laku, ataupun keseharian calon pasangan Kita. Hal ini dilakukan agar kelak pada saat berpacaran tidak ada rasa penyesalan saat Kita mengetahui ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Kita yang dimiliki oleh calon pasangan Kita. · Sebelum memulai hubungan pacaran, sebaiknya kita juga harus jujur kepada pasangan kita. Jujur di sini saya maksud adalah agar kita mengakui segala sesuatu tentang kita, baik itu tentang kebaikan dan keburukan kita. Terutama keburukan, karena tidak dapat dipungkiri lagi orang lain pasti lebih bisa menerima kebaikan daripada keburukan orang lain. Hal ini dilakukan agar pasangan kita tidak lagi terkejut apabila saat menjalani hubungan tingkah buruk kita diketahui, karena sepintar-pintarnya manusia menutupi keburukannya pasti akan ketahuan juga suatu saat. Oleh karena itu, saya beranggapan lebih baik kita menerima keburukan pasangan kita terlebih dahulu daripada menerima kebaikannya, karena semua manusia adalah tempat di mana kekhilafan dan kesalahan selalu terjadi. · Pada saat menjalin hubungan, sebaiknya kita selalu saling percaya terhadap pasangan masing-masing. Saling percaya di sini bukan berarti kita membiarkan apasaja bebas dilakukan pasangan kita, asalkan dia suka TIDAKK… saling percaya di sini saya maksudkan bahwa suatu sikap yang memberikan rasa percaya dengan anggapan bahwa dia selalu bertanggung jawab dengan semua perbuatannya dan tidak akan melakukan apapun yang bisa merusak hubungan yang sedang dijalin. Dalam hal ini sebaiknya kita tidak terlalu berlebih dalam memberikan perhatian apalagi sampai membuat pasangan kita sampai merasa terkekang. · Selalu berpikiran positif atas apa yang dilakukan oleh pasangan kita. · Dan ini adalah point penting yang belakangan ini banyak dilupakan oleh muda-mudi saat ini dalam menjalani hubungan pacaran, dimana kita harus menjauhi apa yang di sebut dengan melakukan hubungan badan di luar nikah. Hal ini adalah pelanggaran berat yang melanggar kesusilaan, norma-norma agama, dan nilai-nilai luhur hidup. Rasa sayang dan cinta dalam tahap pacaran tidak harus digambarkan dengan melakukan hubungan ini, dewasa ini banyak pasangan yang mengatakan bahwa mereka melakukan hubungan suami istri karena dilandaskan oleh rasa saling cinta dan saling sayang padahal itu salah. Apabila kita mencintai dan menyayangi pasangan kita seharusnya kita menjaga dia dan menjauhkan dia dari hal-hal buruk seperti ini sampai kita dan pasangan kita menuju ke jenjang pernikahan. Oleh karena itu langkah yang baik agar kita dapat terhindar dari perbuatan ini adalah dengan cara mendekatkan diri selalu dengan TUHAN YME melalui ajaran agama yang kita yakini masing-masing. Dan juga sebaiknya kita masing-masing harus bisa lebih mawas diri dan mengontrol diri kita masing, kita harus belajar membuang hawa nafsu dan pikiran-pikiran negative yang ada di dalam diri kita sendiri. · Sebaiknya orang tua atau keluarga kita mengetahui dengan siapa kita sedang menjalani hubungan pacaran. Mungkin untuk sebagian orang hal ini adalah hal yang malas untuk dilakukan, tetapi menurut saya pribadi ini adalah hal yang baik, kita ambil satu sisi positif nya apabila orang tua kita mengetahui kita berpacaran dengan seseorang kita lebih bisa belajar untuk menjalin hubungan pacaran yang serius dan bukan lagi “pacaran main-mainan”. Lagipula orang tua mempunyai pengalaman yang lebih jauh dari kita, sehingga kita bisa meminta pendapat apabila kita perlu orang lain untuk “sharing” tentang hubungan kita. LAPORAN HASIL PENELITIAN Penelitian yang kami lakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan sejumlah pertanyakan di ajukan ke responden.Hal-hal yang kami pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa pengertian pacaran menurut Anda?????????? 2. Apa manfaat pacaran bagi Anda?????????? 3. Ketika pacaran hal-hal apa saja yang Anda lakukan?????????? 4. Apa alasan Anda berpacaran??? 5. Menurut Anda pacaran itu perlu tidak?????????? Responden 1: 1. Menurut Saya,pacaran adalah jalinan kasih antara pria dan wanita yang sedang di landa cinta. 2. Manfaat pacaran bagi Saya yaitu ada teman curhat selain teman dan orang tua 3. Hal-hal yang Saya lakukan ketika berpacaran yaitu ngobrol,jalan,nonton,curhat,makan 4. Alasan Saya berpacaran yaitu biar ada yang perhatiin 5. Menurut Saya pacaran itu perlu dan tidak perlu. a. Perlunya mumpung masih muda jadi di nikmatin dulu b. Tidak perlunya boros waktu Respondon 2: 1. Menurut Saya,pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang telah merasakan kasih sayang dan kecocokan antara keduanya. 2. Manfaat pacaran bagi Saya ada yang bisa ngertiin kita selain keluarga dan teman terus bisa jadi penyemangat juga. 3. Hal-hal yang Saya lakukan ketika berpacaran yaitu jalan,ngobrol,curhat,makan, 4. Alasan Saya berpacaran yaitu buat seriusan ke masa depan. 5. Menurut Saya pacaran itu perlu dan tidak perlu. a. Perlunya yaitu sebagai penjajakan sebelum menikah. b. Tidak perlunya yaitu menurut agama tidak boleh. Responden 3: 1. Menurut Saya,pacarn adalah 2 orang berbeda jenis kelamin yang saling menyayangi. 2. Manfaat pacaran bagi Saya yaitu belajar bersosialisasi terhadap lawan jenis. 3. Hal-hal yang Saya lakukan ketika berpacaran yaitu aktif berkomunikasi,saling memberi perhatian khusus. 4. Alasan Saya berpacaran yaitu menjaga gengsi atau karena butuh kasih sayang dan menyayangi. 5. Menurut Saya pacaran itu tidak perlu karena masih banyak hal penting yang ingin di capai untuk membahagiakan orang tua. Responden 4: 1. Menurut Saya,pacaran adalah menjalin suatu komitmen dengan lawan jenis yang dapat memberikan keyakinan,kesamaan minat,kesamaan pemikiran,memberikankenyamanan,dan lain-lain. 2. Manfaat pacaran menurut Saya yaitu:motivasi berprestasi,pembelajaran untuk dapat lebih dewasa dan konsekuen pada keputusan,pembelajaran untuk dapat memgang teguh suatu komitmen 3. Hal-hal yang Saya lakukan ketika berpacaran yaitu ngobrol,beraktivitas sama-sama,meluangkan waktu buat hobby yang sama. 4. Alasan Saya berpacaran yaitu sama-sama suka dan sama-sama ingin memiliki. 5. Menurut Saya pacaran itu perlu dan tidak perlunya tergantung situasi dan kondisi. Dari hasil wawancara di atas Kami bisa menarik beberapa kesimpulan di antaranya: 1. Pacaran adalah jalinan atau hubungan khusus yang di jalin oleh 2 anak manusia yang berbeda jenis. 2. Manfaat pacaran sebagai pembelajaran untuk menjaga komitmen,sebagai penyemangat dan tempat mencurahkan isi hati. 3. Hal-hal yang di lakukan ketika berpacaran yaitu makan,jalan bersama 4. Alasan berpacaran yaitu butuh perhatian,penjajakan sebelum menikah. 5. BAB IV KAJIAN TEORI Berbicara tentang remaja maka kita akan di hadapkan pada persoalan-persoalan seperti tingkah-tingkah unik para remaja dan salah satunya adalah pacaran yang sekarang sudah jadi trend di kalangan remaja.Seorang remaja akan di cela atau bahkan di jauhi sama teman-temannya jika belum memiliki pacar,maka dari itu seorang remaja akan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya agar tidak di hina sama teman-temannya. Berkaitan dengan persoalan di atas kita bisa menjelaskannya dengan menggunakan teori dari Abraham Maslow tentang Hierarki Kebutuhan. Menurut teori ini manusia itu cenderung untuk selalu memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga apa yang dia lakukan, semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. dari sikap dan cara untuk mendapatkan kebutuhannya itulah yang akhirnya akan membentuk perilaku dan kepribadiannya. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima. Yaitu mulai dari yang paling dasar, kebutuhan fisik (makan, minum, sehat, bernafas, dll). Kemudian kebutuhan rasa aman (perasaan aman, kondusif, tenang, dan damai). Lalu kebutuhan cinta kasih (kebutuhan individu untuk selalu dicintai). Naik lagi menjadi kebutuhan harga diri (kebutuhan individu untuk dihormati dan dihargai kemudian ditunjukkan dalam pencapaian status, prestasi, dll.). Dan kebutuhan final serta yang tertinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan individu untuk mengekpresikan dirinya). Bila kita gambarkan, maka kita dapat melihat dengan jelas urutan-urutan kebutuhan tersebut. Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan tersebut bertingkat. Jika kebutuhan yang ada di bawahnya belum terpenuhi, maka kebutuhan yang di atasnya tidak akan terpenuhi. Maslow juga membagi kebutuhan tersebut ke dalam dua kelompok. Yaitu kelompok D-need (deficit need) seperti kebutuhan fisik, rasa aman, cinta, dan harga diri. Dan yang kedua adalah kebutuhan B-need (being need) yaitu kebutuhan aktualisasi diri. D-need merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka seseorang akan terus berusaha semampunya untuk mencari kebutuhan dan memenuhi kebutuhan D-need tersebut. Dan akan berakhir ketika dia merasa kebutuhannya telah terpenuhi. Namun tidak menutup kemungkinan dia akan mencari lagi kebutuhan itu layaknya orang yang mencari air ketika dia haus lagi. Dengan memahami teori dari Abraham Maslow, orang yang punya pacar, pacaran atau berpacaran kemungkinan : Ø Berasal dari keluarga yang broken home, sehingga dia tidak pernah merasakan cinta kasih dari orang tua dan keluarganya. Jika hal ini terus terjadi sampai dia dewasa, maka disinilah kebutuhan neurotiknya mulai tumbuh dan berkembang, dimana dia akan selalu terobsesi untuk mendapatkan cinta yang sebanyak-banyaknya dan cenderung berlebihan. Ketika itu sampailah ke telinganya tentang budaya pacaran yang sedang ngetrend di kalangan muda. Dan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa cinta yang begitu kuat itu, akhirnya terjadilah apa yang kita sebut dengan pacaran. Bahkan, bisa jadi pasangan/pacarnya itu juga mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu mencari dan mendapatkan cinta, karena kebetulan sama-sama berasal dari keluarga yang broken home. Ø Kurang mendapat kan cinta dari orang tuanya ataupun sudah mendapat kan kasih sayang yang berlimpah dari keluarganya tapi dia belum merasa hidupnya sempurna karena belum mempunyai pacar yang merupakan orang yang akan mewarnai hidupnya. Ø Seorang remaja berpacaran untuk mendapat pengakuan dari teman sebaya nya bahwa dia sekarang ada yang suka. Ø Karena gejolak muda dimana mereka selalu ingin mencoba hal-hal baru dan tidak mau di bilang ketinggalan jaman karena tidak memiliki pacar. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering diciptakan dengan ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi. Salah satu hal yangmenarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasanya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diriyang lengkap.Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja. B. Saran Ø Jadikan agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri dalam berpacaran agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau seks bebas. Ø Bagi mempunyai pacar diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian dan nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah asalnya serta bangsanya. Ø Jadikan pacaran sebagai motivasi atau penyemangat untuk berprestasi dalam bidang pendidikan. Ø Ada baiknya tidak usah pacaran ta’aruf saja sesuai yang di ajarkan agama kita (islam) agar segala macam fitnah tidak terjadi. DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/16577941/Pacaran-Di-Kalangan-Remaja-Sekarang http://www.anakciremai.com/2008/04/makalah-psikologi-tentang-psikologi.html http://www.psychologymania.com/2011/04/seberapa-penting-pacaran-sebelum.html http://forum.vivanews.com/lajang/115208-7-alasan-remaja-ingin-mempunyai-pacar.html http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/12/alasan-alasan-yang-umum-untuk.html http://jackysitinjak.blogspot.com/2011/05/bagaimana-hubungan-pacaran-yang-sehat.html http://ranamaiza.speedytaqwa.com/post/kategori/182/fiqih http://www.psychologymania.com/2012/02/apakah-pacaran-itu-sebuah-kebutuhan.html

      karya Tulis ilmiah tentang politik

      I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kita dihadapkan pada kondisi serba tak menentu dalam menghadapi persaingan global di masa depan. Keadaan ini menuntut persiapan agar peradaban perekonomian-politik yang tengah dibangun berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itulah, pemerintah perlu merenungkan secara kritis sekaligus merumuskan kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas nasional. Kebijakan ini tentu meliputi aspek penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM), menggalakkan proses industri serta menjamin hak kreasi-inovasi hasil produksi. Dengan begitu, peningkatan produktivitas memacu pertumbuhan perekonomian nasional yang menyejahterahkan kehidupan masyarakat. Menyongsong tatanan baru ekonomi global, perekonomian nasional seakan menjadi identitas politik keberhasilan suatu bangsa. Bagi negara-negara berkembang, penerapan pasar bebas disadari atau tidak menciptakan kesenjangan pemerataan pembangunan. Secara sosiologis, gaya hidup masyarakat industri memperlihatkan munculnya gejala budaya konsumerisme terhadap ketergantungan hasil produksi luar negeri di tengah-tengah ekonomi pasar. Dalam konteks ini, masyarakat mengalihkan kemampuan daya jual- hal. 01 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- yang dimiliki ke produksi impor daripada produksi lokal. Mudah ditebak apabila produk-produk lokal kurang bersaing di pasar meski telah memenuhi standar kualitas. Sejalan dengan itu, pesatnya perkembangan tekhnologi informasi memungkinkan manusia hidup dalam suatu ruang yang dinamakan dunia citra (Heidegger, 2000). Dampaknya, masyarakat terbelenggu dalam mitos “membeli” citra sebagai daya tarik utama baik secara pribadi maupun kelompok. Pengaruh ini dirasakan apabila semangat kebangsaan yang terbangun tergeser oleh hadirnya produk impor. Meskipun tidak bermaksud menghakimi bahwa individu atau kelompok yang cenderung memakai produk impor kurang memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa. Namun, dibalik semua itu jiwa-jiwa post-nasionalisme tanpa disadari akan tumbuh yang kemudian diwariskan di benak generasi mendatang. Sebab, pemakaian produk lokal belum menjadi budaya tersendiri di negeri ini. Untuk membangun kesadaran masyarakat agar meningkatkan penggunaan produk lokal dibutuhkan jaminan kepercayaan sebagai –meminjam istilah Fukuyama- modal sosial. Sebab, kepercayaan didalamnya menunjukkan kepastian mengenai hakikat nilai lebih kegunaan suatu produk. Posisi tawarnya terletak dari rasionalitas dalam membaca dan menggunakan suatu produk. Selama ini, penilaian masyarakat terhadap produk impor didukung oleh tekhnologi dan ciri khas asal negara yang melekat didalamnya. Dilandasi kepekaan negara-negara maju menghadapi era mondial, hal itu kemudian dibakukan dan dijamin oleh hukum. Padahal bukan mustahil, produk-produk hal.02 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- yang dihasilkan negara-negara maju mulanya berasal dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itulah, nilai tawar produk lokal kurang bersaing karena dianggap mengadaptasi dari nilai asli produk impor. Tantangan terbesar bagi pemerintah adalah mampukah memulihkan kepercayaan masyarakat agar menggunakan produk lokal seiring dengan kaburnya pembacaan nilai asli yang telah dibakukan produk impor? Penentuan darimanakah yang dapat membedakan bahwa nilai asli produk impor pada dasarnya adalah kreasi anak negeri? Pertanyaan-pertanyaan ini seakan menjawab ketertinggalan pengakuan mutu produktivitas nasional agar sejajar dengan negara-negara maju. Pada gilirannya, dunia usaha akan pulih dari keterpurukan dengan meraih kepercayaan masyarakat agar menggunakan produk-produk lokal. Kajian ekonomi-politik terhadap akar krisis perekonomian nasional terletak dari rendahnya kepercayaan pasar yang berdampak buruk terhadap produktivitas dunia usaha sejak pertengahan 1990-an . Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan 1% dari sektor industri. Sebagai negara berkembang, Indonesia kurang siap menyesuaikan kebijakan deregulasi ekonomi dan membangun akses industri yang berpihak pada kebutuhan pasar. Padahal, peran pasar memberi dampak nyata terhadap pembangunan infrastruktur daerah-daerah bukan dari sektor pajak saja. Melalui budaya konsumtif masyarakat, pemilihan produk barang dan jasa didasarkan pada pusat pertokoan besar dan modern. Ini diakibatkan ada kesan bahwa mutu produk barang atau jasa melewati proses pengembangan mutu hal. 03 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- impor yang ketat. Paling tidak, di benak masyarakat terdapat gambaran positif mengenai terjaminnya esensi kualitas produk barang atau jasa sebelum memasuki pertokoan besar dan modern. Akibatnya, industri-industri kecil mengalami kegagalan dalam bersaing. Doktrin politik setidaknya menandaskan bahwa persaingan sempurna terjadi ketika kekuasaan-kekuasaan kecil mampu dibendung agar pertumbuhan dominan terjadi. Machiavelli dalam Schmandt (2002), mengungkapkan bahwa tindakan kebajikan individu menghalangi menyampaikan perasaan pemenuhan diri. Dalam kaitannya dengan budaya konsumtif masyarakat, pemilahan produk barang atau jasa yang didasarkan pada kondisi tidak realistik mencerminkan terhalangnya kebajikan diri. Kesan tindakan itu mengedepankan ego yang menilai bahwa kenyataan produk barang atau jasa dicipta melalui pemahaman subyektif. Secara otomatis pula, pembelian produk impor lebih diprioritaskan daripada produk lokal. Oleh karena kurang dipahaminya makna nilai bahwa dengan membeli produk lokal berarti secara tidak langsung turut berpatisipasi membangun peradaban perekonomian nasional. Demikianlah rasionalitas masyarakat yang tercipta dalam persaingan pasar global akibat budaya populer seiring pesatnya perkembangan informasi-komunikasi. Dari gambaran semua itu tampaknya ada kaitan secara langsung antara rasionalitas pembacaan nilai asli suatu produk terhadap kepercayaan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas-perekonomian nasional. Maka, penulis mengangkat judul karya tulis ilmiah kali ini adalah “Pembacaan Nilai hal. 04 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Asli Suatu Produk Sebagai Modal Sosial Kecintaan Masyarakat Konsumen Terhadap Produk Lokal atau Dalam Negeri” I.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah kali ini adalah: bagaimanakah merumuskan penentuan pembacaan nilai asli suatu produk di tengah persaingan global sehingga menumbuhkembangkan kecintaan terhadap keunggulan produk lokal atau dalam negeri dan mampu menjadikan sistem budaya tersendiri? Untuk dapat memahami bentuk-bentuk pembacaan nilai asli masyarakat konsumen itu kiranya perlu dikemukakan bagaimana pandangannya terhadap produk dalam kaitannya dengan perekonomian nasional. Dengan demikian variabel kunci terletak pada tiga hal yaitu pandangan masyarakat, eksistensi produk dan sistem sosial-budaya. Kemudian ditelaah secara kualitatif dengan sumber-sumber wacana yang -meminjam bahasa sebuah tagline- akurat, tajam dan terpercaya. I.3 Kerangka Teoretik Salah satu ciri mencolok globalisasi berdimensi ekonomi-politik adalah penanggulangan kebijakan daya saing produk lokal negara-negara berkembang belum memadai dengan percepatan lingkaran kebutuhan masyarakat yang berwajah ganda. Disatu sisi, masyarakat mengharapkan pemerintah, dalam hal ini perindustrian dan dunia usaha, menghadirkan produk lokal berkualitas tanpa meninggalkan kebutuhan terhadap produk impor. Disisi lain, produk-produk impor yang telah membanjiri pasar nasional memiliki tingkat harga bersaing hal. 05 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- dengan produk lokal. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun kalangan industri dan dunia usaha untuk memecahkan masalah ini. Namun, pada kenyataannya, langkah yang dilakukan kurang optimal dan belum mengakar. Pendekatan yang dilakukan selama ini mengetengahkan pemerintah mengusung kemitraan perusahaan lokal dengan perusahaan luar negeri. Langkah kerjasama pun dilakukan dengan membenahi sekaligus memperbaharui sistem manajemen pemasaran. Misalnya, memberi penghargaan terhadap perusahaan kecil yang memiliki komitmen berproduktivitas ekspor sehingga layak menjadi percontohan industri lain. Bahkan memberikan label standar atau bermutu ekspor bagi produk barang dan jasa agar dikenal masyarakat luas. Kelihatannya, keterlibatan masyarakat sebagai pelaku konsumen produk barang dan jasa sedikit terabaikan. Logika politik setidaknya menjelaskan bahwa masyarakat memiliki “kekuasaan” dalam menentukan pandangan mutu produk barang dan jasa di pasar. Secara teoritis, demokrasi pasar tergantung dari jumlah ketergantungan masyarakat yang kemudian menentukan posisi produk barang atau jasa di pasar. Dengan begitu, materi (baca: produk) bukan lagi menjadi obyek melainkan subyek yang mengatur hasrat naluriah kepuasan akan kebutuhan konsumen. Inilah dasar filosofis kecintaan manusia yang terikat pada penghargaan terdalam terhadap pencitraan nilai sebuah materi. Pandangan esensialisme yang dikemukakan oleh para filosof setidaknya menandaskan bahwa keberadaan sebuah benda atau materi memiliki nilai hal. 06 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- “misterius”. Sekilas memang terlihat metafisis. Namun bukan berarti pemaparan rasional-ilmiah tidak bisa dilakukan. Dalam kaitannya dengan produk barang dan jasa, hakikat nilai yang terkandung didalamnya perlu dilakukan pembacaan rasional dengan penulusuran sejarah dan komunikasi-informasi yang logis. Kode-kode pemaknaan dipandang melalui pengalaman obyektif. Sejauh ini, upaya memahami makna yang melekat dalam diri obyek sebagai subyek diiwujudkan dalam bentuk kesadaran semu. Menurut Huserl (2003), kesadaran tidak ditemukan dalam diri manusia tetapi dari hubungan antara subyek dan obyek. Secara harfiah, dapat ditafsirkan bahwa kecintaan masyarakat konsumen terhadap produk “mem-bahasa-kan” aktivitas gaya hidup dan perilaku sehari-hari. Sebagai sarana penunjang, karakteristik nilai menetapkan kesadaran perilaku manusia memenuhi kebutuhan ego. Walaupun, konsepsi ego dalam kalangan psikoanalisis dipengaruhi kondisi-kondisi sosial dan budaya karena mengekspresikan gejolak-gejolak kebutuhan. Namun, sarana itu diuji lewat komunikasi dan rasionalitas kebahasaan dengan kriteria-kriteria khusus di tengah pasar. Apabila penilaian dipandang negatif tentu akan menimbulkan sinisme publik terhadap produk barang atau jasa. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan strategi pembuka wacana rasionalitas masyarakat terhadap produk barang atau jasa. Dengan demikian, masyarakat secara berangsur-angsur akan mampu menelaah mengenai pencitraan mutu produk barang atau jasa. Penelaahan pencitraan mutu produk dilakukan melalui media informasi komunikasi massa yang membentuk gagasan kesadaran kolektif. Titik hal. 07 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- perhatiannya ditujukan bagi masyarakat yang dilihat sebagai interpersonal (antar pribadi) agar memahami dan menginterpretasikan informasi produk (McQuail, 2005). Ruang lingkupnya adalah hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitar pembentuk kesadaran pola pikir. Masih dalam kerangka pemikiran McQuail, masalah itu harus dapat menjawab persoalan bagaimanakah terjadinya proses pengkomunikasian-penyadaran? Apakah konsekuensinya terhadap pemasaran produk lokal? Menyangkut masalah apa media pembuka kesadaran rasionalitas pembacaan nilai produk? Lantas akan dibawa kemanakah kesadaran setelah terbentuk gagasan baru di masyarakat? Persoalan-persoalan itulah yang dapat memaklumi bagaimana gerakan membangkitkan kecintaan masyarakat konsumen terhadap produk lokal barang atau jasa yang masih berjalan di tataran wacana. Padahal, banyak pihak menuntut agar pemerintah segera melakukan gebrakan perubahan kebijakan mengangkat industri lokal. Oleh karena permasalahan komunikasi massa pembuka pencitraan mutu produk bersifat komprehensif, maka diperlukan pengembangan adaptasi informasi. Sebab, pengadaptasian didasarkan tekhnologi semata bukanlah ringkasan pengalaman nyata yang selalu dapat dipaksakan pemaknaannya. Melalui pendekatan informasi yang ringkas dan logis yang tidak hanya dilakukan media cetak maupun elektronik. Melainkan meliputi lokasi-lokasi strategis yang mampu ditangkap masyarakat secara kasat mata. Ini dikarenakan budaya pencitraan populer yang berjalan cepat, pemerintah mau tak mau segera hal. 08 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- mengubah pemikiran dan pemahaman tentang produk yang tertanam di benak masyarakat selama ini. Namun perlu digarisbawahi, strategi pembuka wacana rasionalitas tentang nilai dan mutu produk tidak dipahami sebagai pemanfaatan media komunikasi massa secara politis. Sebab, pemahaman rasionalitas itu sendiri membuka pembelengguan mitos-mitos yang berkaitan dengan pencitraan berlebihan terhadap produk impor. Dengan kata lain, rasionalitas berupaya mencerahkan ungkapan pikiran terdalam masyarakat mengenai pemaknaan kenyataan suatu produk. Apabila kita menelusuri lebih dalam, nilai sifat-sifat alamiah produk masih melekat. Hanya saja bentuknya mengalami perubahan sehingga identitas yang diemban memiliki intrepretasi pemaknaan baru. Jelaslah kemudian, peninjauan kenyataan suatu produk dilihat sebagai pencarian atau melacak asal usul historis sebelum mengalami terobosan-terobosan kreatif dan inovatif. Sebab, sebuah produk dapat dikatakan ber-nilai tinggi jika telah menyatu dengan kebutuhan dasar yang melebihi dari segi asas kemanfaatan. Itulah kebermaknaan suatu produk bagi masyarakat konsumen yang perlu digali lebih dalam. Untuk itu diperlukan pemahaman baru mengenai wacana rasionalitas produk yang berkembang saat ini. Namun sebelum membahasnya lebih lanjut, penulis berhipotesa –agar pemaparan dapat diterapkan di lapangan- bahwa latar belakang kedudukan sosial dan status sosial masyarakat tidak berpengaruh ketika berhadapan budaya populer. hal. 09 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN II.1 Menelusuri Tantangan Pencitraan Budaya Populer Langkah terbaik untuk menjelaskan mengapa masyarakat kurang tergerak ketika pemerintah mengusung tema membudayakan gerakan cinta terhadap produk lokal terletak dari kekeliruan membaca pola pikir rasionalitas kebutuhan pasar. Sebagaimana dijelaskan dalam bab kerangka teoritik sebelumnya bahwa pola pikir masyarakat konsumen terhadap mutu produk barang atau jasa diciptakan oleh pencitraan budaya populer tanpa melihat penelusuran proses awal produksinya . Dengan memperhatikan secara seksama bahwa kebutuhan terhadap produk barang atau jasa bukan didasarkan penilaian status kharismatik yang diberikan pada jargon-jargon pada iklan media cetak maupun elektronik. Melainkan lebih merupakan keterikatan secara emosional terhadap kebutuhan suatu produk. Pertanyaannya sekarang mengapa produk impor mampu menarik perhatian masyarakat dibandingkan produk lokal? Persoalan ini terletak dari kemampuan produk impor membidik arah dan sasaran citra ego masyarakat hal. 10 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- melalui sarana imaji informasi. Produk-produk impor mengedepankan pengetahuan dalam wujud informasi pembentukan opini publik sehingga menyentuh kesadaran kolektif. Akibatnya, masyarakat seakan-akan terpuaskan setelah mendapatkan produk impor itu yang kemudian membentuk perilaku berulang-ulang dan menjadi budaya tersendiri. Inilah problema pelik yang tidak disadari ketika kesepakatan AFTA, G-33, APEC dan WTO diberlakukan . Negara-negara yang masyarakatnya belum mampu menelaah serbuan pencitraan produk secara realistis dan bersikap pragmatis terhadap produk impor tentu menjadikan ketergantungan . Meskipun kebijakan kuota impor diberlakukan, hal itu tidak menjamin menurunnya tingkat ketergantungan. Sebab, daya tarik dan popularitas produk impor telah melewati proses penanaman kesadaran di masyarakat selama bertahun-tahun. Jepang, misalnya, telah melancarkan kegiatan produksi sejak pasca-perang dunia kedua berakhir. Program pengenalan hasil produksinya kepada masyarakat luar dilakukan melalui penyebaran informasi mengenai kelayakan hal. 11 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- kebutuhan masyarakat terus-menerus. Dampaknya tentu dapat dirasakan akhir-akhir ini. Kebanyakan masyarakat telah terjebak prasangka dan mudah menggenalisir bahwa produk impor adalah terbaik dari segi esensi dan kualitas. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah menawarkan produk lokal dengan melewati pengujian standar kualitas ekspor didukung tekhnologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Ini tentu menjadikan masyarakat kebingungan dan bertanya-tanya mengenai acuan yang jelas karena kepekaan terhadap mutu produk barang atau jasa. Mudah dipahami jikalau masyarakat cenderung memilih produk impor akibat kurangnya pengelolaan informasi logis mengenai pencitraan produk lokal. Pada prinsipnya, informasi logis dapat mengontrol penggambaran citra berlebihan terhadap produk impor. Sebagai contoh kasus makanan cepat saji MC Donald dan KFC (Kentucky Fried Chicken) yang beredar di pasaran belum tentu memenuhi standar kesehatan. Pemerintah didampingi para ahli perlu mengkampanyekan resiko makanan cepat saji mengenai minimnya gizi yang terkandung akibat zat pengawet di makanan cepat saji. Sebab, tidak menutup kemungkinan, produk lokal jauh lebih higienis dan memenuhi gizi yang dibutuhkan dalam metabolisme kesehatan individu. Jika kita memperhatikan dunia komoditas dewasa ini, nilai estetis sebuah produk digambarkan dalam dialog komunikasi antar budaya. Internet, televisi dan media massa menyediakan beragam jawaban yang seakan-akan mampu menjawab kegelisahan kebutuhan masyarakat. Praktik budaya konsumsi yang dilakukan oleh iklan melalui pengadaptasian dan penayangan tekhnologi hal. 12 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- menanamkan fantasi-fantasi. Misalnya, seseorang tidak akan mampu menunjukkan jati diri sebagai laki-laki apabila belum menggunakan produk pengharum impor. Atau, citra perjuangan nilai-nilai feminis dan kesetaraan gender seakan belum terwujud bila wanita tidak melengkapi secara utuh dirinya dengan menggunakan produk kecantikan luar negeri. Apabila dijelaskan dalam sosiologi komunikasi, contoh kedua fakta tersebut menunjukkan bangunan sensasi wacana yang dibentuk memarjinalkan batas-batas kemampuan intelektualitas masyarakat. Berbagai simbol yang ditampilkan mengajak cara berpikir masyarakat membenarkan realitas atau peristiwa. Dalam bahasa antropologis, kesempatan masyarakat mengenal dirinya sendiri dibudayakan sesuai pola pikir bahasa-bahasa iklan. Bila demikian, masyarakat hanya dijadikan target pasar semata. Oleh karenanya tak heran sentra-sentra ekonomi di sejumlah wilayah bahkan pelosok pedesaan mulai bermunculan dengan hadirnya Mall dan pusat-pusat perbelanjaan lengkap . Menariknya, hampir 90% pasokan barang-barang pertokoan kecil maupun pertokoan besar didominasi oleh produk-produk impor. Mulai dari barang-barang pangan ringan (seperti snack), papan sampai barang-barang kebutuhan kamar mandi pun dikuasai oleh produk-produk impor. Ketika masyarakat mengkonsumsi produk-produk ini tanpa disadari telah memunculkan kilas balik hal. 13 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- pencitraan ulang akibat membiasakan diri ketergantungan terhadap produk impor. Apalagi, kesan prestise atau gengsi dikondisikan dengan maraknya produk impor disekitar masyarakat konsumen melalui sensasi wacana-informasi. Maka tak heran pusat-pusat perbelanjaan dan pertokoan memanfaatkan produk impor untuk menaikkan prestise di mata masyarakat dengan slogan-slogan budaya konsumen. Secara tidak langsung, pertokoan berperan dalam membentuk kilas balik pencitraan ulang yang kemudian semakin menjadikan ketergantungan terhadap produk impor. Disinilah dualitas budaya populer yang terjadi dari masyarakat secara personal dan masyarakat konsumen dengan lingkungan sosial pembentuknya . Pada gilirannya, masyarakat konsumen maupun pertokoan menentukan arah, eksitensi dan penilaian produk impor sesuai hukum permintaan-penawaran. Melalui kekuasan ini, kita seolah-olah tidak tahu perubahan dan resiko apa yang selanjutnya terjadi setelah menjadi bagian budaya masyarakat sehari-hari. Namun, disini ada pemahaman mengenai konteks kehidupan masyarakat konsumen yang sesungguhnya semakin termarjinalkan oleh penghambaan nilai lebih dan posisi tawar produk impor. Terlepas dari persoalan sosio-ekonomik, kematian refleksi masyarakat konsumen tampaknya diperdaya oleh penipuan keyakinan akan ego pemenuhan hal. 14 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- kebutuhan diri . Pergulatan ini tentu perlu diarahkan sebelum pemerintah mengeluarkan produk lokal berkelas dunia sekalipun. Sebab, pencitraan positif produk impor yang berlangsung cukup lama akan menghalangi daya saing produk lokal di pasar domestik. Padahal, alangkah tidak bijaksana pencarian ekspresi diri diwujudkan pada kebendaan yang bukan tercipta dari bagian tanah kelahiran. Pandangan ini bukan berarti pengabsahan kesan romantisme-natural bahwa masyarakat konsumen harus dan selalu meraih kemuliaan dengan mencari pengikatan diri terhadap esensi produk nasional. Namun demikian, dengan memilah kebutuhan pada produk-produk lokal setidaknya mampu membawa harga diri agar tidak terjerumus arus budaya populer. Sebab, menggantungkan citra diri pada pretise produk impor membawa masyarakat konsumen pada logika tertutup. II.2 Rasionalitas Penentuan Citra Nilai Asli Suatu Produk. Hadirnya produk-produk impor yang saat ini mulai dikuasai oleh Republik Rakyat Cina (RRC) disamping Jepang dan Amerika-Eropa setidaknya melewati proses mendesain nilai output dan input. Paradigma efisiensi setidaknya menunjukkan pengubahan dilakukan agar nilai tambah dapat diraih sesuai efektifitas pembentukan citra selera pasar. Yaitu mengubah kemasan praktis produk impor yang diselaraskan sejalan dengan budaya lokal melalui sudut pandang kebahasaan. Disadari atau tidak, produk-produk asing yang meraih simpati di masyarakat justru mengunakan brandame ke-indonesia-an seperti hal. 15 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Java Coffe dan lain-lain . Kecenderungan budaya kurang cermatnya sensor evaluasi pemerintah atas masalah sepele itu membawa pembacaan dari sudut pandang label nama produk kurang bermakna. Padahal, apabila dicermati lebih dalam, tidak menutup kemungkinan nilai kualitas produk lokal jauh lebih baik mengingat potensi Sumber Daya Alam yang dimiliki negara kita. Dilatarbelakangi fenomena tersebut, negara-negara modern yang menguasai pasar global mengimpor produk lokal yang bernilai jual tinggi sebelum kemudian dipasarkan ke luar. Tercatat pada tahun 2000, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Hongkong dan negara-negara kawasan Timur mengimpor produk-produk kesenian termasuk bahan baku komoditas (www.suaraekonomirakyat.id). Bahan baku komoditas ini diantaranya kayu, tekstil, garments, makanan olahan dan karet yang jika dialihfungsikan melalui kemampuan tekhnologi dipadu kontrol pemprosesan menjadi barang-jadi oleh SDM berkualitas akan menghasilkan produk komersial . hal. 16 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Dilihat dari dampak pola konsumsi, hal itu memberikan langkah positif karena menghidupkan kondisi perekonomian nasional dengan ”menghargai” nilai tawar produk lokal. Akan tetapi, kreativitas tekhnologi dan daya inovatif dalam mengubah hakikat nilai produk kemudian dilemparkan ke pasar menciptakan masa eksploitasi. Dengan kedatangan produk-produk impor kedalam negeri yang telah didesain sedemikian rupa, wawasan kebutuhan masyarakat konsumen menempatkan ketidaksadaran dan ketidakmengertian akan menelaah kualitas nilai asli. Pemanfaatan ini memberdayakan ketidakpastian nilai kualitas produk impor karena awalnya berasal dari dalam negeri jika ditelusuri lebih jauh. Apabila kita menyimak produk tekstil dari RRC dan Hongkong terdapat ciri khas yang menentukan bahwa kain itu memiliki struktur dan gestur yang nyaris sama dengan produk lokal . Oleh karena rendahnya pemahaman masyarakat konsumen dan kuatnya pengaruh budaya populer, mutu produk nasional dianggap jauh dibawah standar produk RRC. Sebagaimana kita ketahui bersama, nilai praktis produk garmen RRC adalah harga yang terjangkau serta menjanjikan desain yang setara produk Amerika-Eropa. Pada umumnya, masyarakat perkotaan menyenangi bentuk pengemasan produk yang praktis hal. 17 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- budaya populer ini, sebuah terobosan besar berlangsung apabila formulasi barang disetarakan dengan produk barat. Secara etis, pemberlakuan hak cipta terhadap pengubahan nilai output seakan tidak berlaku lagi. Dalam analogi dapat diambil sebuah rumusan bahwa (Esˆ= S + K) yang menjelaskan rekayasa citra esensi nilai . Dalam tipe stabilitas nilai tukar, maka produk garmen RRC memiliki pembacaan ideal. Oleh karena, produk yang dihasilkan mampu meraih keuntungan ketika dipasarkan dibandingkan produk domestik. Bagi dunia industri, produk garmen dianggap beresiko tinggi karena tidak terhindarkan dari spekulasi pasar terutama sejak kehadiran produk impor. Kesepakatan pakta perdagangan yang dilakukan oleh negara kita adalah kurang mengantisipasi pengkategorian produk ’diekspor ulang’ oleh negara luar (www.asiamedia.ucla.edu). Sebagian besar produk-produk impor itu kemudian dikonsumsi oleh masyarakat konsumen. Penting kiranya pemerintah menemukan simbol-simbol kebahasaan dan ciri khas lokal agar produk impor itu benar-benar dapat dipertanggung jawabkan bagi kebutuhan publik. Dengan melakukan pembacaan nilai asli diatas setidaknya mampu menjadi kunci hal. 18 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- sekaligus langkah awal dalam membentuk karakter dan jati diri kebangsaan masyarakat dalam negeri. Bila demikian masyarakat konsumen mencintai produk lokal sehingga akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dampaknya pertumbuhan perekonomian nasional kembali bergairah. hal. 19 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan kali ini adalah pencitraan produk yang dibawa oleh budaya populer perlu diberikan wacana rasionalitas agar masyarakat dapat menelaah nilai asli didalamnya. Potensi-potensi penentuan nilai asli ini dapat ditelaah dari sudut kebahasaan, informasi logis, pengontrolan pencitraan sensasi wacana-informasi dan menggali ciri khas desain produk lokal. Ini sangat penting sebagai bekal pembentukan kecintaan masyarakat konsumen terhadap produk lokal. Sisi positif yang muncul adalah mampu membentuk sistem defensif bagi masyarakat secara pribadi terhadap persaingan global akibat masuknya produk impor. Dampak selanjutnya, pemikiran masyarakat akan terbuka dari belenggu budaya populer. Untuk lebih mengefektifkan langkah tersebut ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama, pemerintah patut mengampanyekan bahwa ukuran prestise tidak dapat dikaitkan dengan produk impor. Sebab, prestise hanya akan mengakibatkan derajat diri semakin terbelenggu pada produk impor. Dalam era mondial sekarang ini, mencintai produk lokal merupakan bagian moralitas untuk turut berpartisipasi bagi pengembangan peradaban ekonomi-politik. Ini dimakdsudkan agar masyarakat tidak terperangkap dalam citra global mengenai produk-produk impor. Tentu saja pembentukan gagasan melalui proses gambaran opini publik yang ringkas di sekitar pembentuk diri masyarakat konsumen. Tak terkecuali di sudut pertokoan sebagai penggugah refleksifitas masyarakat konsumen terhadap kondisi produk nasional. hal. 20 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kedua, desain ciri khas produk lokal perlu digali lebih dalam. Sebab, tidak menutup kemungkinan terjadi manipulasi perdagangan yang dilakukan negara luar dengan ‘mengekspor ulang’ produk-produk lokal. Sementara, pada saat yang bersamaan, masyarakat kurang mengetahui masalah tersebut. Oleh karena itu, wawasan kebutuhan masyarakat perlu diarahkan dengan merumuskan standar desain ciri khas produk lokal. Selain dimaksudkan sebagai bentuk jaminan kepercayaan terhadap kualitas produk juga membentuk rasionalitas masyarakat. Ketiga, agar penerapan tidak sebatas pada tataran wacana pemerintah perlu menyatukan pandangan dengan pelaku industri dan pakar-pakar di bidang, sosiologi, budaya, politik, psikoanalisis, komunikasi, filsafat, insan pers, terutama ekonomi. Tujuannya adalah merumuskan landasan serta bentuk komunikasi efektif-ideal seiring pengaruh budaya populer agar kesadaran masyarakat semakin tergugah kesadarannya bahwa membeli produk lokal memiliki andil besar dalam mengarahkan perekonomian nasional di masa depan. Setidaknya, ada acuan khusus menjadi budaya tersendiri yang kemudian tanpa disadari masyarakat mempraksiskan dalam perilaku sehari-hari. Dalam perkembangannya, gairah menumbuh-kembangkan industri pasar domestik didukung kondisi persaingan yang kondusif bukan utopia semata. Bila penerapan itu dapat dilaksanakan dan diterima oleh masyarakat kedatangan produk-produk impor bukan lagi menjadi ancaman. Melainkan lebih merupakan “jebakan” semakin matangnya kesadaran masyarakat terhadap pembacaan dan rasionalitas nilai asli. Dengan demikian, sistem pembacaan nilai hal.21 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- asli mampu menjawab arah kebijakan sektor masa depan ditengah kemandirian otonomi daerah. Pada gilirannya, gairah perekonomian nasional akan meningkat seiring dengan kepercayaan-kecintaan masyarakat konsumen terhadap produk lokal atau dalam negeri yang telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. hal.22 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DAFTAR PUSTAKA Chaniago, A. Andrinof. 2002. Gagalnya Pembangunan. Jakarta: LP3S. Feathersone, Mike. 2002. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Jakarta: Pustaka Pelajar: Fukuyama, Francis. 2002. The Great Disruption. Yogyakarta: Qalam. Heiddeger, Martin. 2000. Being and Time. Bassil Blackweel. England: Oxford. Husserl, Edmund dalam George Ritzer. 2003. Teori Sosial Posmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Kukla, Andre. 2003. Konstuktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Jendela. McQuail, Denis. 2005. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Schmand, J. Henry. 2003. Filsafat Politik: Kajian Historis Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: Toffler, Heidi dan Aflin. 2002. Menciptakan Peradaban Baru: “Politik Gelombang Ketiga”. Yogyakarta:Ikon Terlitera. Media Massa dan Internet. Jurnal Ekonomi Rakyat, 2005. “Liberalisasi TPT dan Jalan Sutra Bagi Cina”. Majalah Jurnal Ekonomi Rakyat. Tahun 2005/Tanggal 03 bulan Mei: Jakarta. hal.23 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kompas, 2003. Kolom Pemberitaan Bisnis dan Keuangan: “Kebanggaan Terhadap Produk Lokal Menurun. Harian Umum Kompas. Tahun 2003/ Tanggal 19 Bulan Mei: Jakarta. Kompas, 2006. Kolom Pemberitaan Bisnis dan Keuangan: “Ekspor Mei Tertinggi“. Harian Umum Kompas. Tahun 2006/ Tanggal 04 bulan Juli: Jakarta. Majalah Nakertrans. 2006. “Ukuran Produktivitas Sudah Bertambah”. Majalah Nakertrans. Tahun 2006 / Tanggal 01 bulan Februari: Jakarta. Websites: http://www.asiamedia.ucla.edu. “Liputan Kecil Media terhadap Kesalahpahaman Dalam Angka Perdagangan Bilateral Indonesia dan Singapura”. Diakses tgl. 5 juli 2006. http://www.ibexi.co.id. “Menunggu Sunrise di Pantai Garmen”. Diakses tgl. 12 Juli 2006. http://www.suaraekonomirakyat.go.id. “Komoditas dan Produk Lokal di mata Asing”. Diakses tgl. 12 Juli 2006.